Tuesday, November 24, 2015

Pemaaf itu Indah

memaafkan
Ini kisah lain dari Abdullah bin Umar RA. Ketika itu ia dan para sahabatnya sedang bertamu pada orang saleh. Orang saleh ini mempunyai pelayan perempuan. Pelayan ini melayani Abdullah dan para sahabatnya dengan menghidangkan sup yang sangat lezat. Saat sup ini dibawanya, tiba – tiba piring itu jatuh dan sup yang didalamnya tumpah ke tanah. Sehingga orang – orang terkejut melihatnya. Pelayan itu merasa bersalah dan meminta maaf pada seluruh tamunya. Lalu tuannya memakinya sambil mengancam akan memukulnya.
Pelayan yang shalehah ini hafal Al – Quran dan membacakan salah satu ayat, “Dan orang – orang yang menahan amarahnya…” (Ali Imran : 134). Kemudian tuannya menimpali, “Kami telah menahan amarah kami.” Pelayan itu melanjutkan bacaan ayatnya, “Dan memaafkan (kesalahan) orang.” (Ali – Imran : 134). Tuannya mengatakan, “Kami telah memaafkan kesalahanmu.” Pelayan itu membaca ayat lagi, “Allah menyukai orang – orang yang berbuat kebajikan” (Ali – Imran 134).
Akhirnya tuannya pun menyahutnya, “Mahabenar Allah. Kami telah berbuat baik padamu. Sekarang kamu bebas (dari perbudakan) karena Allah SWT.”
Sungguh dermawan sifat yang dimiliki oleh seorang tuan diatas. Ia mau memaafkan kesalahan pelayannya yang tidak sengaja melakukan itu semua. Memang memaafkan itu sulit rasanya bagi orang yang tidak kuat iman dan tidak berperasaan. Padahal orang yang meminta maaf atas kesalahannya adalah orang yang memiliki jiwa berani dan patut untuk diacungi jempol. Begitu pun dengan orang yang mau memaafkannya, ia mempunyai hati yang bersih dan jiwa pemaaf.

3 Nasihat Seekor Semut kepada Nabi Sulaiman AS

unta padang pasir
KETIKA Nabi Sulaiman AS tengah berbaring, ada seekor semut berjalan di dadanya. Kemudian ia ambil semut itu dan dilemparnya jauh.
Dengan marah, semut itu berkata, “Wahai Nabi Allah, mengapa kaulempar aku begitu keras?”
“Apakah kamu lupa pada hari kiamat nanti kamu akan berdiri di hapanan Pencipta segala kerajaan, yaitu Tuhan langit dan bumi, yang Mahaadil, yang mengambil hak orang yang dizalimi dari orang yang menzaliminya?” lanjutnya.
Mendengar kata-kata dari semut itu, Nabi Sulaiman AS pingsan. Selang beberapa saat Nabi Sulaiman AS siuman.
“Maafkanlah sikap zalimku terhadapmu tadi,” ucap Nabi Sulaiman AS sambil memandang kearah semut.
“Aku akan memaafkan perbuatanmu tadi dengan tiga syarat,” jawab semut.
“Sebutkan ketiga persyaratanmu tersebut!” ujar Nabi Sulaiman AS dengan sungguh-sungguh.
“Baiklah! Syarat pertama bagimu, jangan kautolak orang yang meminta kepadamu. Sesungguhnya orang yang meminta kepadamu adalah sedang meminta karunia Allah, maka janganlah sampai kamu cegah karunia Allah kepada makhlukNya,” ucap semut.
“Sedangkan syarat yang kedua, jangan tertawa berlebih-lebihan sehingga kamu terlena dengan dunia dan menyangka bahwa kamu telah menjalani semua tugasmu dengan baik di dunia ini, sehingga hatimu menjadi keras, sedangkan kamu telah dimuliakan Allah dengan diberikan kerajaan yang besar,” tambahnya.
“Dan yang terakhir, jangan sampai kedudukanmu ini mengahalangimu untuk menolong orang yang meminta pertolonganmu,” pungkas semut.
“Insya Allah, semua persyaratanmu itu akan aku jalani,” jawab Nabi Sulaiman AS dengan sepenuh hati.
“Jika begitu aku maafkan kau,” ujar semut membalas perkataan Nabi Sulaiman AS